Keajaiban Goa dengan 100 Air Terjun


“Dulu tahun 1989 ada ekspedisi penelusuran dan pemetaan Goa Barat oleh tim gabungan Indonesia-Prancis dan menamakan air terjun ini dengan nama yang terdengar asing tersebut.” ungkap Yudi.
Superman’s Big Sister jelas bukanlah ujung pesona dari goa yang terselinap sunyi pada lekuk Kawasan Karst Gombong Selatan (KKGS). Namun, menemui lanskap agung Goa Barat ini, bagi kami sudah lebih dari cukup untuk memuaskan hasrat petualangan. Jika penelusuran goa diteruskan lebih dalam, butuh bekal dan peralatan lebih lengkap. Perlu waktu berhari-hari seperti yang dilakukan tim ekspedisi hingga titik yang dinamakan Tataquine. Dari Superman’s Big Sister, Tataquine masih berjarak lebih dari 3 km dengan medan yang lebih berat dan menantang.

Setiap wisatawan yang masuk ke Goa Barat akan dibekali peralatan dasar caving seperti helm, sepatu, senter, dan pakaian khusus caving. Perjalanan menelusur goa ditemani oleh pemandu yang juga membawa lampu petromaks. Kecuali permintaan khusus, satu rombongan yang masuk ke goa biasanya 6 orang. Biayanya sebesar Rp 180.000 per rombongan.
Nama Goa Barat berasal dari karakter alamiah yang melekat pada goa ini, yaitu angin kencang dari arah dalam goa yang menghembus ke mulut goa. Angin kencang ini dalam bahasa Jawa disebut angin barat. Saat musim tertentu, angin barat sangat kencang sehingga menimbulkan suara berisik bahkan membuat pohon bambu di depan mulut goa bergerak tiada henti. Tatkala kami menyusuri lorong-lorong Goa Barat, suasana di dalam goa tidaklah pengapdan di beberapa titik terasakan semilir angin.

Beberapa air terjun di Goa Baratmemiliki nama yang dulu disematkan tim ekspedisi Indonesia-Prancis, seperti Jump Ulysess (8 meter), Takatsavone (8 meter) dan Sister Morphine (5 meter). Padabeberapa titik, kami menjumpai jeram-jeram setinggi setengah meter yang bertingkat-tingkat membentuk pesona yang terjalin manis dengan kubangan air.
Kami menikmati Goa Barat tidak sekedar takjub pada pesona air terjunnya. Cermatilah ragam ornamen stalagtit dan stalagmit yang menghias manis pada setiap langit, dinding dan lantai di Goa Barat. Sepanjang perjalanan, tak bosannya kami dihibur orkestra aneka batuan yang berwujud unik, seperti batu jenggot, batu tirai, batu korden, batu kuncup, batu kristal, dan masih banyak rupa batuan lainnya. Kadang, jemarikami juga menyentuh bebatuan kapur yang telah keras mengkristal.
Di ruang goa yang dinamakan Sawahan, kami terkesima pada lanskap tanah yang terbentuk alami menjadi petak-petakselayaknya sawah. Tentu saja, butuh waktu ribuan tahun agar air menggerus tanah yang mengeras ini bisa mencipta keindahan di dalam perut bumi yang langka. Sayangnya, sebagian Sawahan ini sudah rusak, hanya tersisa di pinggiran yang tak terjangkau dari jejak kaki para penelusur goa.
Goa Barat juga menyediakan lorong-lorong lain yang memiliki karakteristik khas. Misalnya, lorong Batu Makam menyuguhkan bebatuan mirip nisan yang sering digunakan warga sebagai tempat ‘mujahadah’. Ada juga lorong Kratonan menawarkan hiasan lantai dan langit-langitnya yang dipenuhi bebatuan kristal memutih yang bisa berkelipan saat ditemarami cahaya redup.

Jika ingin tetap menelusur Goa Barat dalam takaran ringan, pengelola telah memoles lorong pendek sekitar 300 meter yang menghubungkan dua pintu goa. Sepanjang lorong ini telah dibangun lantai semen dan dilengkapi penerangan. Wisatawan dapat berburu ornamen stalaktit dan stalagmit yang menawan di lorong ini, tetapi belum bisa berjumpa dengan air terjun, sang primadona Goa Barat.
“Jangan coba-coba memasuki lorong Goa Barat lebih dalam tanpa peralatan memadai dan ditemani pemandu. Medannya tidak gampang dan berbahaya.” ungkap Yudi yang tampaknya sudah sangat paham dengan medan Goa Barat. Lelaki yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh ini pertama kali masuk ke Goa Barat pada tahun 1990 hingga air terjun 32 meter.
Total kami butuh enam jam untuk menyusuri Goa Barat. Meski demikian, sungguhlah waktu tidak terasa tatkala kami berada di perut bumi. Ia melintas begitu cepat hingga kami keluar goa sudah berada di penghujung hari. Sempurnanya, kumandang senja dengan baskara merah bulat menyambut kami tepat saat lepas dari mulut Goa Barat. Saya mendapatkan pengalaman sangat menakjubkan pada penjelajahan Goa Barat.
Sumber: diasporaiqbal.blogspot
Photo: google, diasporaiqbal.blogspot
Photo: google, diasporaiqbal.blogspot
----------------------------------
Ayo berwisata ke daerah karesidenan Kedu! Wonosobo yang asri, Temanggung yang selalu bersenyum, Magelang dengan sejuta bunganya, Kebumen yang selalu beriman, dan Purworejo yang tetap berirama.
---------------------------------------
Ingin tahu lebih banyak lagi seputar wisata dan kuliner di karesidenan Kedu? Ikuti terus fan page Wisata Kedu! Dijamin keren!
Ingin tahu lebih banyak lagi seputar wisata dan kuliner di karesidenan Kedu? Ikuti terus fan page Wisata Kedu! Dijamin keren!
Salam hangat dari tanah Kedu!